ParafilmM PM992 All Purpose Laboratory Film,Semi-Transparent Brand: Parafilm M. Currently unavailable. We don't know when or if this item will be back in stock. Specifications for this item. Brand Name: Parafilm M Part Number: PM992 UNSPSC Code: 41000000 See more. Special offers and product promotions Hereare five reasons to go. 1. It's nice to see the popular people living ordinary lives. Now, the Student Body President runs a small eldercare facility, the Homecoming Queen works part-time in the Post Office, and the athletic star lives in a rehab center somewhere in the Midwest. The worthless class clown, however, flew to the reunion in a Ratings 7.7 /10 from 1,040 users. # of Watchers: 3,812. Reviews: 10 users. The Four is the story of four young men – Cold Blood, Chaser, Heartless, and Iron Fist – who each excel in different martial arts practices and use their expertise to bring down corruption and establish justice. ~~ Adapted from the novel by Wen Rui An. Edit Translation. FilmKorea . Drakor.id; Film Korea (479) The Divine Move 2: The Wrathful (2019) The Basement (2020) Mr. Hong (2004) Sinkhole (2021) The Naked Kitchen (2009) The Gossip (2021) The chase (2017) Midnight (2021) Whispering Corridors 5 A Blood Pledge (2009) Whispering Corridors 4 . Title for Members Only 🔒 Restricted Access You have to login or register for FREE to access this page Korean Movie 2015 회원 전용 • Romance Directed by Jung Dae-man 정대만 Written by 100min Release date in South Korea 2015/08/05Synopsis Dongchul, who is managing a small bar, is always enthusiastic about his school reunions. One day, Yujin, who has never showed up to a reunion, shows up at his bar. Her baby face and vitality make her unlike other married women and all the men fall for her, especially Dongchul. They start a relationship but it abruptly flames out due to the sudden arrival of Dongchul’s wife. As they get to know each other's secrets, will their love be allowed to grow?Source Advertisement 9 votes, average out of 10 Dongchul, who is managing a small bar, is always enthusiastic about his school reunions. One day, Yujin, who has never showed up to a reunion, shows up at his bar. Her baby face and vitality make her unlike other married women and all the men fall for her, especially Dongchul. They start a relationship but it abruptly flames out due to the sudden arrival of Dongchul’s wife. As they get to know each other’s secrets, will their love be allowed to grow? Posted on17 October 202024 July 2021 Views Duration 100 Min Release6 Aug 2015 Language한국어/조선말 Sehari sebelum Ramadan dimulai, saya diajak nonton bareng film semi Korea. Besok mah enggak bisa ginian siang-siang, bujuknya. Usulan cemerlang penuh perhitungan sayang untuk ditolak. Kami menonton lewat hape saya. Kami memilah mana yang bakal ciamik buat ditonton, dan secara acak saya pilih Purpose of Reunion 2015. Premis ceritanya sederhana berawal dari reunian, berakhir adegan ranjang. Tapi enggak sesederhana itu, karena setelah menontonnya justru banyak permenungan yang didapat dari film erotis tadi. Jika mengacu pada esai How to Recognize a Porn Movie dari pemikir Umberto Eco, ada satu kriteria untuk membedakan apakah sebuah film itu porno atau enggak, dan ini berdasar lama durasi sia-sianya. Eco menyebutkan kalau dalam film porno itu sebelum kamu bisa melihat sebuah persetubuhan yang sehat kamu harus nonton adegan normatif yang sebenarnya cuma omong kosong. Tapi film yang dibintangi Jo In-woo sama Kim Yoo-yen tadi, meski labelnya porno, ceritanya asyik buat diikuti. Setiap adegannya layak diikuti. Korea Selatan emang jawaranya bikin menye-menye. Awalnya niat nonton buat pelepasan nafsu, eh malah jadi melankolis dan reflektif. Berakhir mempertanyakan beragam hal, bukan hanya tentang cara PDKT atau teknik senggama yang asyik, tapi juga menyoal kesetiakawanan, kesendirian, pernikahan, perselingkuhan, dan apa serta kenapa harus diadakan reuni. Saya jadi teringat film dokumenter cum ceramahnya filsuf Slavoj Zizek, The Pervert’s Guide to Cinema 2006. Yang mendiskusikan bahasa tersembunyi dalam film dan menjelaskan bahwa film adalah representasi manusia akan diri mereka sendiri. Untuk memahami dunia hari ini, sebut Zizek, kita membutuhkan film, secara harfiah. Hanya lewat film kita mendapat dimensi krusial yang belum siap kita hadapi dalam realitas kita. Jika kita mencari apa yang sebenarnya lebih nyata dari kenyataan itu sendiri, lihatlah fiksi dalam sinema. Dengan catatan, bahwa dalam film ada yang namanya romantisasi dan bias. Zizek selalu menyinggung psikoanalisis dan tentu bapaknya psikoanalisis, Sigmund Freud. Saya sendiri enggak terlalu paham-paham amat sama Freud. Tapi yang saya tangkap darinya adalah bahwa semuanya berawal dari kontol. Juga memek, tentu. Dorongan untuk ewean adalah yang harus dipersalahkan atas segala tindak-tanduk manusia. Kalau begitu, film porno sangat Freudian. Karena langsug menyasar seksualitas. Pendek kata, nonton film erotis adalah sarana belajar psikoanalisis paling benar. Kembali lagi ke film Purpose of Reunion. Ceritanya sendiri soal sekumpulan pria dewasa, beberapa ada yang sudah menikah, mengusulkan untuk mengadakan acara reuni. Dengan tujuan akhir agar bisa menemukan kawan perempuan yang bisa diajak selingkuh dan senggama. “Kita memilih enggak secara acak satu sama lain,” sebut Freud soal pemilihan pasangan. “Kita hanya memilih mereka yang sudah eksis di alam bawah sadar kita.” Kayak di Indonesia saja, adegan acara reunian ya diisi sama kumpul-kumpul, makan-makan, minum-minum, nyombongin kesuksesan, dan main mata. Wah ieu mah situasi bukber, komentar teman saya. Ramadan adalah bulan seribu bulan dan seribu ajakan buka bersama. Yang namanya reuni adalah silaturahmi, tentu amalan baik. Niat awalnya sih begitu. Tapi siapa yang bisa menyalahkan jika terjadi main mata sama gebetan di masa silam yang sekarang udah punya pacar atau bahkan udah bersuami, misalnya. Cinta lama bisa bersemi di bukber. Atau, ketika seorang lelaki, saya salah satunya, memandang dengan pikiran cabul, baik disadari atau enggak, teman-teman cewek yang sekarang jadi makin cantik atau makin semok. Dalam hal ini, bukber di kita sama saja seperti dalam film Purpose of Reunion tadi. Meski enggak secabul itu. Atau lebih tepatnya, kondisi sosial yang merepresi id kita. Baiklah, sudahkah kamu menonton Purpose of Reunion? Niatkan saja sebagai ibadah, juga sebagai upaya membaca ritus buka bersama ini dalam perspektif lain. Wallahu alam.

film semi purpose of reunion